Senin, 22 Agustus 2011

BAJU BARU UNTUK LEBARAN...................................

Minggu akhir di bulan ramadan, tidak terasa kita sudah ada disana. Apakah telah banyak kita memetik buah- buah keimanan, atau malah kita masih bingung karena banyak sekali buah-buahan itu. Atau kita malah terlalu sibuk menyiapkan tetek bengek idul fitri dalam  minggu akhir ini, yang sudah menjadi tradisi masyarakat islam menjelang hari raya. Dan ini tentunya tidaklah salah,  jika tidak berlebihan. Jikalau tetek bengek ini sangat diprioritaskan, dan terkesan dipaksakan diada adakan  dan harus ada walau harus berhutang , maka akan terjadi sebuah kesenjangan yang mengakibatkan terjadinya hal yang tidak diinginkan. Contoh kasus, kriminalitas pencurian di indonesia menjelang idul fitri mewabah di masyarakat kelas bawah. Alasan mereka ketika tertangkap dan ditanya mengapa anda mencuri, “Saya terpaksa mencuri  Pak, karena ga ada uang buat beli baju lebaran,..buat oleh oleh”.  Dan ini bukan kasus yang hanya sekali  terjadi, tapi berkali-kali terjadi di waktu yang sama. Hal Ini bukan juga opini, tapi fakta.


Sejenak mari kita meyelami dua ayat Alqur’an di bawah ini. Ayat pertama terletak pada surat al baqarah, ayat 183 yang berbunyi:

{يَا أَيُّهَا الَّذِينَ آمَنُواْ كُتِبَ عَلَيْكُمُ الصِّيَامُ كَمَا كُتِبَ عَلَى الَّذِينَ مِن قَبْلِكُمْ لَعَلَّكُمْ تَتَّقُونَ} (183) سورة البقرة
Ayat ini menjadi sandaran hukum atas wajibnya puasa pada bulan ramadan bagi umat islam semuanya. Ayat ini ringkas dan maknanya sulit dicari dasarnya karena sangat dalam. Ayat ini tidak hanya memberikan perintah tapi juga memberikan tujuan yang jelas mengapa puasa diwajibkan atas kaum muslimin. Kemudian ayat kedua terdapat didalam surat Al ‘Araf ayat ke 26 yang berbunyi:

{يَا بَنِي آدَمَ قَدْ أَنزَلْنَا عَلَيْكُمْ لِبَاسًا يُوَارِي سَوْءَاتِكُمْ وَرِيشًا وَلِبَاسُ التَّقْوَىَ ذَلِكَ خَيْرٌ ذَلِكَ مِنْ آيَاتِ اللّهِ لَعَلَّهُمْ يَذَّكَّرُونَ} (26) سورة الأعراف


Dalam tafsir Almuntakhab dijelaskan makna ayat ini : “Hai anak keturunan Adam, Kami telah berikan nikmat kepada kalian. Kami ciptakan pakaian sebagai penutup aurat dan penghias diri. Tetapi ketakwaan adalah pakaian terbaik yang dapat memelihara diri dari siksaan. Nikmat-nikmat tersebut merupakan bukti atas kekuasaan dan kasih sayang Allah agar manusia ingat akan keagungan-Nya dan keberhakan-Nya sebagai satu-satunya Tuhan yang patut disembah. Kisah di atas juga merupakan ketentuan Allah di alam raya yang menjelaskan balasan akibat melanggar perintah Allah, sehingga manusia menjadi terus ingat, berusaha taat kepada Allah dan mensyukuri semua nikmat.

Dua ayat ini berkaitan karena sama-sama ada pembahasan taqwa di dalamnya. Tentunya Taqwa dari kedua ayat ini mempunyai kerangka masing-masing dalam interpretasi makna dan pembahasannya.

Setelah sejenak kita menyelami kedua ayat di atas kita kembali ke Tradisi abli Idul fitri. Yang menjadi sorotan utama adalah tentang Baju Baru di Hari Lebaran. Kita tentunya pernah mendengar kisah anak kecil yang menangis di hari lebaran pada zaman Rasulullah SAW. Ia menagis disebabkan melihat teman-temannya ceria dengan baju baru sedang ia tidak ada baju baru. Maka ketika rasulullah mengetahui sebabnya, beliaupun langsung mengajak anak itu ke pasar dan kemudian membelikan baju baru untuknya.


Jika kita mengingat kembali kebiasaan ke belakang,tentunya kita pun tak luput dari tradisi baju baru ini. Ada perasaan lain ketika kita memakai baju baru ketika hari raya tiba. Anak anak kecil berlarian gembira dengan baju dan sandal baru mereka, orang tua bahagia melihatnya. Dan tradisi ini tidaklah salah, jika pelaksanaanya jauh dari ekspresi pamer harta atau yang lainya. Ya Sewajarnyalah.


Kalau kita alihkan sejenak pikiran kita pada tujuan diwajibkanya puasa, yaitu لعلكم تتقون   supaya kalian bertaqwa. Kemudian kita renungi ayat al’araf tadi di atas yang berbunyi


يَا بَنِي آدَمَ قَدْ أَنزَلْنَا عَلَيْكُمْ لِبَاسًا يُوَارِي سَوْءَاتِكُمْ وَرِيشًا, Allah telah menurunkan pakaian kepada manusia untuk penutup aurat dan penghias diri. Kemudian allah melanjutkan penjelasannya ولباس التقوى ذالك خيرtetapi taqwa adalah pakaian yang terbaik. Ternyata pada Puasa Ramadan ini Allah Swt mengiginkan kaum muslimin memakai baju ketaqwaan. Baju yang melindungi pemakainya dari sentuhan api neraka. Dan baju taqwa bukanlah baju “koko” yang bayak dipakai orang untuk shalat ke masjid, karena belum tentu baju “koko” itu melindunginya dari apai neraka.


Maka dari itu perlu adanya pemaknaan yang sesuai dan bernilai pahala dalam menjalankan tradisi berbaju baru di hari lebaran. Karena kalau dilihat tradisi ini sesuai dengan sifat manusia yang keadaannya suci seperti bayi baru lahir di hari Idul fitri,manusia kembali pada fitrahnya. Sesuai dan cocok jika kaum muslimin mengekspresikannya dengan memakai baju baru. Tentunya dengan niat yang ikhlas dan jauh dari pamer harta. Dan juga sangat indah tradisi ini jika dilakukan sewajarnya, tidak berlebihan dan paham dengan kondisi tetangga.


Jika kita merenungi lebih dalam lagi akan makna ramadan, ada hal yang lebih urgen lagi sebenarnya dibandingkan tradisi berbaju baru yang sedang kita perbincangkan. Hal itu adalah ternyata tujuan dari wajibnya puasa adalah proses memperoleh mendapatkan Baju taqwa yang baru. Kenapa dikatakan demikian? Karena Allah mengharapkan dari diwajibkanya puasa adalah supaya umat islam ini Bisa meningkatkan ketaqwaan mereka. Kemudian Ayat Al ‘araf yang tadi kita renungi di atas ikut menerangkan bahwa Taqwa adalah sebaik2 pakaian bagi manusia. Dan pada dasarnya umat islam sebelum melaksanakan puasa ia telah memakai Baju Taqwa, kemudian datang kewajiban untuk berpuasa supaya umat islam ini memperbaharui baju Taqwa yang ia pakai sebelum ia puasa. Dan disini pulalah seharusnya kita sadar bahwa ketaqwaan manusia itu harus terus ditingkatkan, manusia tidak mengetahui standar yang pasti akan ketaqwaan yang sempurna. Hanya Allah saja yang bisa memberikan nilai. Allah SWT berfirman :


 إِنَّ أَكْرَمَكُمْ عِندَ اللَّهِ أَتْقَاكُمْ إِنَّ اللَّهَ عَلِيمٌ خَبِيرٌ} (13) سورة الحجراتAllah SWT langsung memberikan predikat kemuliaan bagi orang yang paling bertaqwa diantara manusia. Kita tidak bisa memberikan nilai pasti bahwa orang ini paling bertaqwa, karena ketaqwaan itu ada dalam hati. Yang kita ketahui hanyalah perbuatan dzohirnya saja dari seseorang. Intinya kita dituntut untuk terus memperbaiki ketaqwaan dan keimanan kita sampai kita meninggal.


Dan melalui wahana ramadan ini Allah SWT memberikan kesempatan yang lebih dari pada hari2 biasa kepada manusia untuk melambungkan posisi keimanan dan ketaqwaanya. Banyak bonus bonus pahala yang penting Allah turunkan di dalam ramadan ini dan tidak ada di bulan yang lainya.


Jadi harus dong pake baju baru di hari lebaran ? jika ada kemampuan untuk melaksanakan kenapa tidak. Dan hukumnya bukan lagi harus atau tidak harus memakai baju baru di hari lebaran, tetapi semampu kita. Ya tentu tidak ada maknanya jika tradisi ini berjalan dengan terpaksa, atau malah berjalan pincang karena ternyata baju barunya didapat dari hal yang salah. Mungkin persepsi jugalah yang bijak dalam menjawab pertanyaan ini. Baju baru bukanlah harus baju yang baru beli di toko, tetapi baju lama bisa juga dibuat seperti baru. Jika persepsi ini yang dipahami maka bisa jadi semua orang bisa memakai baju baru di hari lebaran. Dan juga jika kita mempunyai pemaknaan yang sama dalam melaksanakan tradisi berbaju Baru di hari iedul fitri kita akan lebih bijak dalam menjawab tuntutan tradisi ini.


Sedikit memahami arti dari pakaian yang terdapat dalam surat Al ‘araf ayat 26. Dalam kitab Taisirul Karimur Rahman fi Kalaamil Mannan dijelaskan bahwa makna pakaian di ayat ini لِبَاسًا يُوَارِي سَوْءَاتِكُمْ وَرِيشًا  adalah pakaian yang nampak oleh mata keberadaanya (pakaian dzohir). Sedangkan ولباس التقوىadalah pakaian batin yang tidak terlihat oleh mata dan hanya tampak oleh Bashiiroh yaitu pandangan orang orang yang beriman. Dijelaskan juga bahwasanya pakaian taqwa itu terus menerus melekat dalam diri dan jiwa hamba Allah, tidak hilang dan luntur. dan Pakaian taqwa ini merupakan audiensi kecantikan hati dan ruh seorang mukmin.


Sedangkan pakaian dzohir, tujuan dari pemakaiannya adalah menutup aurat yang nampak pada satu waktu saja. Atau hanya sekedar perhiasan bagi diri hamba itu sendiri. Dan tidak ada manfaat lainnya dari pakaian dzohir ini kecuali itu. Dan dengan tidak adanya pakaian ini maka akan tersibaklah auratnya yang tampak oleh mata. Dan tidak ada efek negatif ketika ia tersibak (tentu dengan adanya kepentingan). Akan tetapi dengan tidak adanya pakaian taqwa itu, maka akan tersibaklah aurat aurat batiniyahnya dan efeknya yang didapat adalah aib kehinaan dan kepedihan didalam hidupnya.


Maka dari itu, baju manakah yang akan kita pakai nanti di hari iedul fitri nanti, apakah kita termasuk dari yang memakai pakaian dzohir yang baru akan tetapi telanjang dari pakaian taqwa. Nudzubillahi min dzalik. ‘ushi nafsi waiyyakum. Wallahu ‘alam bisshowab.

Tidak ada komentar: