Senin, 22 Agustus 2011

BAJU BARU UNTUK LEBARAN...................................

Minggu akhir di bulan ramadan, tidak terasa kita sudah ada disana. Apakah telah banyak kita memetik buah- buah keimanan, atau malah kita masih bingung karena banyak sekali buah-buahan itu. Atau kita malah terlalu sibuk menyiapkan tetek bengek idul fitri dalam  minggu akhir ini, yang sudah menjadi tradisi masyarakat islam menjelang hari raya. Dan ini tentunya tidaklah salah,  jika tidak berlebihan. Jikalau tetek bengek ini sangat diprioritaskan, dan terkesan dipaksakan diada adakan  dan harus ada walau harus berhutang , maka akan terjadi sebuah kesenjangan yang mengakibatkan terjadinya hal yang tidak diinginkan. Contoh kasus, kriminalitas pencurian di indonesia menjelang idul fitri mewabah di masyarakat kelas bawah. Alasan mereka ketika tertangkap dan ditanya mengapa anda mencuri, “Saya terpaksa mencuri  Pak, karena ga ada uang buat beli baju lebaran,..buat oleh oleh”.  Dan ini bukan kasus yang hanya sekali  terjadi, tapi berkali-kali terjadi di waktu yang sama. Hal Ini bukan juga opini, tapi fakta.


Sejenak mari kita meyelami dua ayat Alqur’an di bawah ini. Ayat pertama terletak pada surat al baqarah, ayat 183 yang berbunyi:

{يَا أَيُّهَا الَّذِينَ آمَنُواْ كُتِبَ عَلَيْكُمُ الصِّيَامُ كَمَا كُتِبَ عَلَى الَّذِينَ مِن قَبْلِكُمْ لَعَلَّكُمْ تَتَّقُونَ} (183) سورة البقرة
Ayat ini menjadi sandaran hukum atas wajibnya puasa pada bulan ramadan bagi umat islam semuanya. Ayat ini ringkas dan maknanya sulit dicari dasarnya karena sangat dalam. Ayat ini tidak hanya memberikan perintah tapi juga memberikan tujuan yang jelas mengapa puasa diwajibkan atas kaum muslimin. Kemudian ayat kedua terdapat didalam surat Al ‘Araf ayat ke 26 yang berbunyi:

{يَا بَنِي آدَمَ قَدْ أَنزَلْنَا عَلَيْكُمْ لِبَاسًا يُوَارِي سَوْءَاتِكُمْ وَرِيشًا وَلِبَاسُ التَّقْوَىَ ذَلِكَ خَيْرٌ ذَلِكَ مِنْ آيَاتِ اللّهِ لَعَلَّهُمْ يَذَّكَّرُونَ} (26) سورة الأعراف


Dalam tafsir Almuntakhab dijelaskan makna ayat ini : “Hai anak keturunan Adam, Kami telah berikan nikmat kepada kalian. Kami ciptakan pakaian sebagai penutup aurat dan penghias diri. Tetapi ketakwaan adalah pakaian terbaik yang dapat memelihara diri dari siksaan. Nikmat-nikmat tersebut merupakan bukti atas kekuasaan dan kasih sayang Allah agar manusia ingat akan keagungan-Nya dan keberhakan-Nya sebagai satu-satunya Tuhan yang patut disembah. Kisah di atas juga merupakan ketentuan Allah di alam raya yang menjelaskan balasan akibat melanggar perintah Allah, sehingga manusia menjadi terus ingat, berusaha taat kepada Allah dan mensyukuri semua nikmat.

Dua ayat ini berkaitan karena sama-sama ada pembahasan taqwa di dalamnya. Tentunya Taqwa dari kedua ayat ini mempunyai kerangka masing-masing dalam interpretasi makna dan pembahasannya.

Setelah sejenak kita menyelami kedua ayat di atas kita kembali ke Tradisi abli Idul fitri. Yang menjadi sorotan utama adalah tentang Baju Baru di Hari Lebaran. Kita tentunya pernah mendengar kisah anak kecil yang menangis di hari lebaran pada zaman Rasulullah SAW. Ia menagis disebabkan melihat teman-temannya ceria dengan baju baru sedang ia tidak ada baju baru. Maka ketika rasulullah mengetahui sebabnya, beliaupun langsung mengajak anak itu ke pasar dan kemudian membelikan baju baru untuknya.


Jika kita mengingat kembali kebiasaan ke belakang,tentunya kita pun tak luput dari tradisi baju baru ini. Ada perasaan lain ketika kita memakai baju baru ketika hari raya tiba. Anak anak kecil berlarian gembira dengan baju dan sandal baru mereka, orang tua bahagia melihatnya. Dan tradisi ini tidaklah salah, jika pelaksanaanya jauh dari ekspresi pamer harta atau yang lainya. Ya Sewajarnyalah.


Kalau kita alihkan sejenak pikiran kita pada tujuan diwajibkanya puasa, yaitu لعلكم تتقون   supaya kalian bertaqwa. Kemudian kita renungi ayat al’araf tadi di atas yang berbunyi


يَا بَنِي آدَمَ قَدْ أَنزَلْنَا عَلَيْكُمْ لِبَاسًا يُوَارِي سَوْءَاتِكُمْ وَرِيشًا, Allah telah menurunkan pakaian kepada manusia untuk penutup aurat dan penghias diri. Kemudian allah melanjutkan penjelasannya ولباس التقوى ذالك خيرtetapi taqwa adalah pakaian yang terbaik. Ternyata pada Puasa Ramadan ini Allah Swt mengiginkan kaum muslimin memakai baju ketaqwaan. Baju yang melindungi pemakainya dari sentuhan api neraka. Dan baju taqwa bukanlah baju “koko” yang bayak dipakai orang untuk shalat ke masjid, karena belum tentu baju “koko” itu melindunginya dari apai neraka.


Maka dari itu perlu adanya pemaknaan yang sesuai dan bernilai pahala dalam menjalankan tradisi berbaju baru di hari lebaran. Karena kalau dilihat tradisi ini sesuai dengan sifat manusia yang keadaannya suci seperti bayi baru lahir di hari Idul fitri,manusia kembali pada fitrahnya. Sesuai dan cocok jika kaum muslimin mengekspresikannya dengan memakai baju baru. Tentunya dengan niat yang ikhlas dan jauh dari pamer harta. Dan juga sangat indah tradisi ini jika dilakukan sewajarnya, tidak berlebihan dan paham dengan kondisi tetangga.


Jika kita merenungi lebih dalam lagi akan makna ramadan, ada hal yang lebih urgen lagi sebenarnya dibandingkan tradisi berbaju baru yang sedang kita perbincangkan. Hal itu adalah ternyata tujuan dari wajibnya puasa adalah proses memperoleh mendapatkan Baju taqwa yang baru. Kenapa dikatakan demikian? Karena Allah mengharapkan dari diwajibkanya puasa adalah supaya umat islam ini Bisa meningkatkan ketaqwaan mereka. Kemudian Ayat Al ‘araf yang tadi kita renungi di atas ikut menerangkan bahwa Taqwa adalah sebaik2 pakaian bagi manusia. Dan pada dasarnya umat islam sebelum melaksanakan puasa ia telah memakai Baju Taqwa, kemudian datang kewajiban untuk berpuasa supaya umat islam ini memperbaharui baju Taqwa yang ia pakai sebelum ia puasa. Dan disini pulalah seharusnya kita sadar bahwa ketaqwaan manusia itu harus terus ditingkatkan, manusia tidak mengetahui standar yang pasti akan ketaqwaan yang sempurna. Hanya Allah saja yang bisa memberikan nilai. Allah SWT berfirman :


 إِنَّ أَكْرَمَكُمْ عِندَ اللَّهِ أَتْقَاكُمْ إِنَّ اللَّهَ عَلِيمٌ خَبِيرٌ} (13) سورة الحجراتAllah SWT langsung memberikan predikat kemuliaan bagi orang yang paling bertaqwa diantara manusia. Kita tidak bisa memberikan nilai pasti bahwa orang ini paling bertaqwa, karena ketaqwaan itu ada dalam hati. Yang kita ketahui hanyalah perbuatan dzohirnya saja dari seseorang. Intinya kita dituntut untuk terus memperbaiki ketaqwaan dan keimanan kita sampai kita meninggal.


Dan melalui wahana ramadan ini Allah SWT memberikan kesempatan yang lebih dari pada hari2 biasa kepada manusia untuk melambungkan posisi keimanan dan ketaqwaanya. Banyak bonus bonus pahala yang penting Allah turunkan di dalam ramadan ini dan tidak ada di bulan yang lainya.


Jadi harus dong pake baju baru di hari lebaran ? jika ada kemampuan untuk melaksanakan kenapa tidak. Dan hukumnya bukan lagi harus atau tidak harus memakai baju baru di hari lebaran, tetapi semampu kita. Ya tentu tidak ada maknanya jika tradisi ini berjalan dengan terpaksa, atau malah berjalan pincang karena ternyata baju barunya didapat dari hal yang salah. Mungkin persepsi jugalah yang bijak dalam menjawab pertanyaan ini. Baju baru bukanlah harus baju yang baru beli di toko, tetapi baju lama bisa juga dibuat seperti baru. Jika persepsi ini yang dipahami maka bisa jadi semua orang bisa memakai baju baru di hari lebaran. Dan juga jika kita mempunyai pemaknaan yang sama dalam melaksanakan tradisi berbaju Baru di hari iedul fitri kita akan lebih bijak dalam menjawab tuntutan tradisi ini.


Sedikit memahami arti dari pakaian yang terdapat dalam surat Al ‘araf ayat 26. Dalam kitab Taisirul Karimur Rahman fi Kalaamil Mannan dijelaskan bahwa makna pakaian di ayat ini لِبَاسًا يُوَارِي سَوْءَاتِكُمْ وَرِيشًا  adalah pakaian yang nampak oleh mata keberadaanya (pakaian dzohir). Sedangkan ولباس التقوىadalah pakaian batin yang tidak terlihat oleh mata dan hanya tampak oleh Bashiiroh yaitu pandangan orang orang yang beriman. Dijelaskan juga bahwasanya pakaian taqwa itu terus menerus melekat dalam diri dan jiwa hamba Allah, tidak hilang dan luntur. dan Pakaian taqwa ini merupakan audiensi kecantikan hati dan ruh seorang mukmin.


Sedangkan pakaian dzohir, tujuan dari pemakaiannya adalah menutup aurat yang nampak pada satu waktu saja. Atau hanya sekedar perhiasan bagi diri hamba itu sendiri. Dan tidak ada manfaat lainnya dari pakaian dzohir ini kecuali itu. Dan dengan tidak adanya pakaian ini maka akan tersibaklah auratnya yang tampak oleh mata. Dan tidak ada efek negatif ketika ia tersibak (tentu dengan adanya kepentingan). Akan tetapi dengan tidak adanya pakaian taqwa itu, maka akan tersibaklah aurat aurat batiniyahnya dan efeknya yang didapat adalah aib kehinaan dan kepedihan didalam hidupnya.


Maka dari itu, baju manakah yang akan kita pakai nanti di hari iedul fitri nanti, apakah kita termasuk dari yang memakai pakaian dzohir yang baru akan tetapi telanjang dari pakaian taqwa. Nudzubillahi min dzalik. ‘ushi nafsi waiyyakum. Wallahu ‘alam bisshowab.

MENUNGGU MALAM LAILATULQADAR


10 akhir Ramadhan adalah merupakan di antara malam-malam yang penuh dengan keberkatan dan kelebihan yang tertentu. Malam-malam ini adalah merupakan malam yang ditunggu-tunggu oleh seluruh orang mukmin. Bulan Ramadhan, Al Quran dan malam Lailatulqadar mempunyai hubungan yang rapat antara satu sama lain sebagaimana yang diterangkan di dalam kitab Allah dan hadis Rasulullah s.a.w. di antaranya firman Allah s.w.t.
Maksudnya: "Sesungguhnya kami menurunkan Al-Quran pada malam Lailatulqadar dan apakah yang menyebabkan engkau mengerti apa itu Lailatulqadar. Lailatulqadar lebih baik daripada 1000 bulan. Pada malam itu, para malaikat dan Jibril turun dengan keizinan daripada Tuhan mereka untuk setiap urusan. Malam ini sejahtera hingga terbit fajar"
.
Sebab turun surah al-Qadr
Lailatulqadar mempunyai kelebihan yang begitu besar. Ianya lebih baik dari 1000 bulan yang lain. Sebab diturunkan ayat tersebut diriwayatkan daripada Mujahid dikatakan sebab turun ayat tersebut ialah Nabi s.a.w. telah menyebut tentang seorang lelaki daripada Bani Israel yang telah menggunakan alat senjatanya untuk berperang pada jalan Allah maka orang Islam pun kagum di atas perbuatan itu lalu Allah menurunkan ayat di atas.
Riwayat yang lain pula dari Ali bin Aurah pada satu hari Rasulullah telah menyebut 4 orang Bani Israel yang telah beribadah kepada Allah selama 80 tahun. Mereka sedikitpun tidak durhaka kepada Allah lalu para sahabat kagum dengan perbuatan mereka itu. Jibril datang memberitahu kepada Rasulullah bahawa Allah w.s.t. menurunkan yang lebih baik dari amalan mereka. Jibril pun membaca surah Al Qadar dan Jibril berkata kepada Rasulullah ayat ini lebih baik daripada apa yang engkau kagumkan ini menjadikan Rasulullah s.a.w. dan para sahabat amat gembira.
Daripada ayat di atas dapatlah kita ketahui bagaimana besar kelebihan orang yang beribadah pada malam lailatulqadar. Ianya satu malam menyamai beramal 1000 bulan.
Dalam hadis Rasulullah s.a.w. menyebut
Maksudnya: "Rasulullah bersungguh-sungguh beribadah pada 10 akhir bulan Ramadhan lebih daripada yang lainnya"
Rasulullah s.a.w. melakukan ibadah pada malam itu bukan hanya setakat baginda sahaja tetapi baginda menyuruh ahli keluarga bangun bersama beribadah. Kata Aisyah r.a.
Maksudnya: "Nabi s.a.w. apabila masuk 10 akhir bulan Ramadhan baginda mengikat kainnya. Menghidupkan malam dengan beribadah dan membangunkan keluarganya untuk sama-sama beribadah. Mengikat kainnya bermaksud bersungguh-sungguh mengerjakan ibadah."
Kelebihan Menghayati Malam Lailatulqadar
Kerana mulianya Lailatulqadar, Rasulullah s.a.w. menganjurkan supaya umatnya bersedia menyambut dan menghayati malam yang berkat itu dengan pelbagai jenis amalan dan ibadah yang diterangkan di antaranya hadis yang diriwayatkan daripada Abu Hurairah r.a.
Maksudnya: "Barangsiapa menghayati malam Lailatulqadar dengan mengerjakan sembahyang dan berbagai jenis ibadat yang lain sedang ia beriman dan mengharapkan rahmat Allah taala nescaya ia diampunkan dosanya yang terdahulu.
Rasulullah s.a.w. sendiri menjadi contoh yang baik yang menghayati malam lailatulqadar terutama 10 malam yang akhir daripada bulan Ramadhan dengan beriktikaf di Masjid mengerjakan pelbagai amal ibadah untuk menyambut malam Lailatulqadar yang mulia.
Ini diterangkan di dalam satu hadis diriwayatkan daripada Aishah r.a. Katanya:
Maksudnya: "Biasanya Rasulullah s.a.w. berusaha dengan bersungguh-sungguh memperbanyakan amal ibadah pada 10 malam yang akhir daripada bulan Ramadhan berbanding dengan masa yang lain."
Dalam hadis yang lain Aishah juga meriwayatkan bahawa Rasulullah s.a.w. bersabda bersedialah dengan bersungguh-sungguh untuk menemui malam Lailatulqadar pada malam-malam yang ganjil dalam 10 malam yang akhir daripada bulan Ramadhan.
Malam-malam yang ganjil yang tersebut ialah malam 21, 23, 25, 27 & 29 dari bulan Ramadhan. Dalam pada itu terdapat juga beberapa hadis yang menyatakan bahawa malam Lailatulqadar itu pernah ditemui dalam zaman Rasulullah s.a.w. pada malam 21 Ramadhan. Pernah juga ditemui pada malam 23 Ramadhan. Terdapat juga hadis yang mengatakan bahawa baginda Rasulullah s.a.w. menjawab pertanyaan seorang sahabat yang bertanya mengenai masa Lailatulqadar supaya ianya bersedia dan menghayatinya. Baginda menjelaskan malam Lailatulqadar itu adalah malam 27 Ramadhan. Dari keterangan-keterangan di atas dapatlah kita membuat kesimpulan bahawa malam Lailatulqadar itu berpindah dari satu tahun ke satu tahun yang lain di dalam lingkungan 10 malam yang akhir dari bulan Ramadhan. Yang pastinya bahawa masa berlakunya malam Lailatulqadar itu tetap dirahsiakan oleh Allah s.w.t. supaya setiap umat Islam menghayati 10 malam yang akhir daripada Ramadhan dengan amal ibadat. Kerana dengan cara itulah sahaja mudah-mudahan akan dapat menemuinya dan dapat pula rahmat yang diharapkan yang akan menjadikan seseorang itu hidup bahagia di dunia mahupun di akhirat.
Doa khusus di Malam Lailatulqadar
Doa tersebut diterangkan di dalam hadis berikut
1. Hadis yang diriwayatkan daripada Aishah r.a.
Maksudnya: "Saya pernah bertanya kepada Rasulullah s.a.w. bagimana kiranya saya mengetahui malam Lailatulqadar dengan tepat. Apa yang saya akan doakan pada saat itu. Baginda menjawab berdoalah dengan doa yang berikut"
Maksudnya: "Ya Allah ya Tuhanku sesungguhnya engkau sentiasa memaafkan salah silaf hamba lagi suka memaafkan oleh itu maafkanlah salah silafku. Terdapat juga beberapa doa yang disar ankan oleh para alim ulamak kita melakukannya seperti membaca doa
Orang yang beribadah pada 10 malam yang tersebut akan mendapat rahmat yang dijanjikan dan telah sabit di dalam hadis-hadis yang sahih bahawa malam Lailatulqadar ujud pada salah satu malam yang 10 itu terutama pada malam 21, 23, 25, 27 dan 29. Orang-orang yang tekun beribadah di dalam masa tersebut untuk menemui malam Lailatulqadar akan mendapat rahmat yang dijanjikan itu samada ia dapat menemui atau tidak dan tidak melihat apa-apa kerana yang penting yang tersebut di dalam hadis sahih riwayat Bukhari dan Muslim ialah:
1. Menghayati malam tersebut dengan beribadah.
2. Beriman dengan yakin bahawa malam Lailatulqadar itu adalah benar dan dituntut menghayatinya dengan amal ibadah.
3. Amal ibadah itu dikerjakan kerana Allah semata-mata dengan mengharapkan rahmatnya dan keredaannya.
Adalah diharapkan sebelum daripada kita beramal ibadat di malam Lailatulqadar hendaklah kita bertaubat dengan sebenar-benarnya iaitu taubat nasuha dan terus beristiqamah tetap teguh mengerjakan suruhan Allah dan meninggalkan segala larangannya.
Tanda Malam Lailatulqadar
Para alim ulamak r.h. menyebutkan beberapa tanda atau alamat berhubung dengan malam Lailatulqadar:
- Ada yang berkata orang yang menemui malam Lailatulqadar ia melihat nur yang terang benderang di segenap tempat hingga di segala cerok yang gelap gelita.
- Ada pula yang berkata ia mendengar ucapan salam dan kata-kata yang lain dari Malaikat.
- Ada juga yang berkata ia melihat segala benda termasuk pohon-pohon kayu rebah sujud.
- Ada pula yang berkata doa permohonannya makbul.
Imam Tabari r.h. memilih kaul yang menegaskan bahawa semuanya itu tidak lazim dan tidak semestinya ia dapat melihatnya kerana tidak disyaratkan melihat sesuatu atau mendengarnya untuk menemui malam Lailatulqadar.

Jumat, 19 Agustus 2011

Tahun 2012 Pemkab Labuhanbatu Akan Bedah 2000 Rumah di Daerah Pantai
LABUHANBATU (EKSPOSnews): Pemkab Labuhanbatu pada tahun anggaran 2012 akan mengalokasikan dana untuk pelaksanaan bedah rumah di daerah
pantai. Diperkirakan untuk tahun 2012 nanti akan dilakukan pembedahan terhadap 2000 rumah dari masyarakat kurang mampu yang rumahnya tidak memenuhi unsur sebagai rumah sehat dan layak huni.

Demikian disampaikan bupati Labuhanbatu Tigor Panusunan Siregar dihadapan ratusan jamaah sholat tarawih Masjid Istqomah Kelurahan Sei Berombang Kecamatan Panai Hilir, Jum’at 12 Agustus 2011. Tigor menjelasakan, bahwa pilihan beliau untuk melakukan bedah rumah terhadap warga kurang mampu di daerah pantai ini didasari oleh banyaknya rumah yang tidak layak huni dan tidak sehat yang ditempati keluarga kurang mampu.

Hal ini bisa terjadi, kata Tigor, karena memang sejak dulu masyarakat di daerah pantai ini tidak bisa bangkit dari kemiskinannya, karena kurang mendapatkan perhatian dari pemerintah. “Mereka termiskinkan secara terstruktur, karena infrastruktur di daerah ini sangat jelek,” tegas Tigor. Berkaitan dengan itu, tambahnya, pada tahun anggaran 2011 ini Pemkab Labuhanbatu telah mengalokasikan dana untuk mengaspal jalan dari Sungai Rakyat sampai Sungai Lumut yang panjangnya 7 km.

“Mudah-mudahan pada tahun depan jalan ini akan tembus diaspal sampai ke Sungai Berombang, sehingga akses jalan dari Rantauprapat menuju Sungai
Berombang telah terbuka 12 jam,” kata Tigor. Dijelaskannya, tahun 2011 ini Pemkab Labuhanbatu akan melakukan pembangunan jalan berupa aspal beton dari Sungai Sanggul menuju Sungai Berombang, sehingga warga kalau musim hujan tidak lagi berbecek ria dan tidak lagi kena abu pada musim kemarau.

Tigor pada kesempatan itu juga mengilas balik perjalanan beliau pada saat kampanye dulu yang menjanjikan akan merubah sekolah  SD swasta di
Sei Kaluang menjadi SD Negeri. “Janji terebut telah saya penuhi dan SD tersebut telah berubah statusnya menjadi SD Negeri Sei Kaluang,”
pungkasnya. Menyangkut kurangya sarana dan prasarana pendidikan khusunya untuk tingkat lanjutan pertama, Tigor mengatakan, bahwa di Kecamatan Panai Hilir akan dibangun sebanyak 2 unit gedung SMP sehingga anak-anak dari Sei Berombang ini tidak perlu lagi bersekolah ke Ajamu.

Camat Panai Hilir Zahid Harahap dalam sambutannya mengucapkan terima kasih atas perhatian bupati Labuhanbatu terhadap pembangunan di daerah
pantai. “Saya mewakili seluruh warga Panai Hilir mengucapkan terima kasih atas perhatian yang lebih terhadp wilayah kecamatan Panai
Hilir,” kata Zaid.

Turut hadir dalam kegiatan tersebut antara lain Kadis Kesehatan Alwi Mujahir Hasibuan, Kadis Bina Marga Safrin Hasibuan, Kadis Pendidikan
Iskandar, Kadis Kependudukan dan Catatan Sipil Esty Pancaningdiyah, Ketua DPD Partai PKB Umar Lubis, Wakil Ketua I DPD PPP Munir, Unsur
Muspika dan Ketua BKPRI Barani Pane.(fh)

( disalin dari digital Media Ekspos News )

Selasa, 16 Agustus 2011

Ramadhan dan Kemerdekaan


Peringatan hari kemerdekaan Indonesia ke-66 tahun ini, 17 Agustus menjadi istimewa karena bertepatan dengan 17 Ramadan. Misteri angka 17 dalam konteks ini, bukanlah semata sebuah kebetulan, tetapi memiliki jejak historis.
Naskah proklamasi yang dibacakan Soekarno-Hatta sebagai tonggak awal kemerdekaan negeri dari penjajah, tepat hari Jumat, 17 Agustus 1945 bertepatan dengan 17 Ramadan. Dalam Ramadan diperingati nuzulul Quran tanda pertama kali ayat-ayat Al Quran diturunkan pada malam 17 Ramadan. Lalu apa arti angka 17 tersebut dalam konteks beragama dan bernegara sekaligus? 

Pertama, kehadiran bulan suci Ramadan yang di dalamnya diturunkan Al Quran, sejatinya dijadikan momentum untuk melakukan perenungan, baik personal maupun kebangsaan, untuk menata diri lebih baik dengan menumbuhkan rasa nasionalisme. Islam mengajarkan, cinta tanah air bagian dari iman.
Ramadan hadir dengan segala kemuliaannya memberi ruang untuk totalitas ibadah menuju terbentuknya pribadi yang paripurna, bertaqwa. Sosok pribadi mukmin yang bertaqwa senantiasa memelihara dirinya untuk selalu melakukan kebaikan dan menghindari keburukan, termasuk sikap korup dan rakus dengan mengambil yang bukan haknya.
Pada titik inilah, Al Quran yang pertama kali diturunkan pada 17 Ramadan pada masa Nabi Muhammad itu, mesti dijadikan petunjuk bagi manusia dalam menata perilakunya. Jika kaum beragama mengabaikan pesan-pesan ilahi tersebut maka niscaya mengalami disorientasi. Seorang yang dangkal pemahaman agamanya memungkinkan melakukan penyimpangan-penyimpangan sehingga bisa menyalahgunakan kekuasaan yang diamanahkan baginya.

Kedua, peringatan hari kemerdekaan di bulan Ramadan dalam hitungan tanggal 17 secara bertepatan, tentu dapat dimaknai perlunya mengintegrasikan nilai-nilai agama dan konteks bernegara. Relasi agama dan negara menjadi erat dengan membentang garis demarkasi antara keduanya secara tepat. Bukan negara agama yang diimpikan tetapi warga negara yang taat pada agamanya yang diharapkan.
Hal ini relevan di tengah karut marutnya kehidupan umat manusia dalam pelbagai lini, hampir tidak menyisakan asa. Maka kehadiran ramadan disambut untuk menata pikiran hingga perilaku. Betapa kini masyarakat diperhadapkan pada realitas-realitas paradoksal.
Harapan mewujudkan good governance dengan meminimalisir penyimpangan kaum koruptor, tiba-tiba petinggi negara mengkhotbahkan untuk membubarkan KPK sebagai lembaga yang semula didedikasikan untuk mengontrol aksi kaum koruptor. Upaya pelemahan lembaga tersebut kian memiriskan karena disadari aksi koruptor yang melahirkan kemiskinan sistematis.

Puasa-Kuasa
Ramadan menjadi tepat untuk melakukan perenungan atas segala hal itu, tidak terkecuali ihwal integritas nasionalisme anak bangsa yang juga dituntut taat beragama. Puasa di bulan Ramadan memiliki makna menahan diri dari hal-hal yang sangat diinginkan sekalipun.
Namun bisakah kaum politisi menahan diri untuk tidak melakukan propaganda politik untuk kepentingan mengejar kekuasan? Nampaknya sesuatu yang sulit. Nyatanya sepanjang jalan masyarakat disuguhi pesan-pesan politik terbingkai pesan agama. Aura politisasi agama kian menyeruak.
Puasa dan kuasa menyatu meski tidak senyawa. Puasa mengasah spiritualisasi personal menjadi lebih baik, sementara kuasa adalah penghujung jalan pengejar kekuasan politik untuk kermaslahatan bangsa. Namun cita puasa yang melahirkan pribadi jujur sulit diwujudkan jika berkubang dalam kekuasaan yang cenderung menyimpang.
Menyikapi realitas tersebut, makna kemerdekaan yang sejatinya mengantarkan rakyat kepada kehidupan lebih aman, adil dan sejahtera tidak terwujudkan. Justru ditemukan titik paradoks, betapa negara yang telah 66 tahun menyatakan kemerdekaannya, justru mengungkung jutaan rakyat dalam belenggu kemiskinan.
Kaum penguasatanpa mampu memaknai puasa sebagai proses menahan diri dari kehidupan glamor, membelanjakan uang rakyat untuk kepentingan pribadi, kekuarga, dan partai. Tampkanya kemerdekaan masih sebatas simbolik yang diperingati setiap tahunnya sebagai selebrasi dan seremoni belaka.
Sebab di mana letak kemerdekaan rakyat jika penguasa tetap menancapkan hegemoninya atas nama kebijakan. Sementara itu, pasar global yang memberi ruang bebas bagi kapitalis dunia menjarah di negeri yang belum berdaya, belum memiliki daya saing memadai. Sungguh sebuah paradoks.

Merdeka Simbolis?
Jika momentum Ramadhan ini dikaitkan dengan perayaan hari kemerdekaan, perlu dilakukan renungan untuk solidaritas sosial dan kecintaan kepada rakyat. Ibadah Ramadhan diharapkan mampu melahirkan pribadi yang berperilaku untuk kemaslahatan rakyat, terutama bagi para penguasa.
Kesadaran ini penting ditengah realitas tercipta setting social propagandis yang menjauhkan rakyat dari harapan yang meyakinkan. Ketika idealitas puasa meniscayakan kejujuran, di kutub lain dipertontonkan kasus korupsi Nazaruddin yang kemungkinan menyeret sejumlah pihak, setidaknya jika tidak dilakukan deal-deal politik di kalangan elitenya.
Proses untuk dapat memaknai kehadiran Ramadhan bertepatan peringatan kemerdekaan, didasari dari sebuah pijakan asa dimana puasa menanamkan nilai kejujuran. Kejujuran, terutama bagi penguasa, menjadi tonggak terbangunnya keadilan dan kesejahteraan rakyat. Betapa puasa menjadi ibadah multi dimensi. Selain sebagai ibadah untuk mendekatkan diri pada Allah, juga memiliki dimensi sosial dan kemanusiaan.
Dimensi solidaritas sosial yang menjadi bagian spirit puasa, semestinya dijadikan renungan guna mewujudkan keadilan sosial. Hal ini dapat direalisasikan dengan optimalisasi zakat yang dibagi rata untuk mensejahterakan kaum dhuafa meski dalam waktu terbatas. Namun dalam konteks negara, distribusi pajak untuk pemerataan pembangunan guna menyejahterakan rakyat miskin dalam waktu yang berkesinambungan.
Memaknai kemerdekaan dalam bulanRamadhan tidak terlepas dari kesadaran bahwa negara yang dibangun atas dasar kesadaran beragama melahirkan kaum nasionalis dan agamawan sekaligus. Keroposnya bangunan nasionalisme seorang koruptor karena imannya ditanggalkan pada menara masjid.
Masjid terkadang didatangi untuk sosialisasi diri demi langgengnya kekuasaan, dalam permak safari Ramadhan, bukannya untuk mendekatkan diri pada sang khalik dengan mengakui dosa-dosanya yang menelantarkan jutaan orang akibat perilakunya yang menyimpang dalam mengelola kekuasaan tanpa pijakan iman.
Syahdan, Ramadhan sejatinya menjadi momentum menyemai relasi puasa dan kuasa dengan melakukan transformasi personal untuk kemaslahatan rakyat, penguasa melakukan perbaikan dengan kekuasaannya bukan sebaliknya, sehingga kemerdekaan menjadi milik bersama, bukan sebatas simbolik belaka.
Di sinilah kemerdekaan yang diperingati dalam suasana Ramadhan akan memiliki arti jika keadilan merata untuk kesejahteraan dan kemaslahatan rakyat.

Relasi Puasa, Kuasa dan Kemerdekaan


Sabtu, 13 Agustus 2011

10 Cara Membuat Atasan Tidak Menghargai Anda
Tanpa disadari, seringkali perilaku kita membuat atasan dan perusahaan menjadi tidak percaya dan menghargai diri kita dengan positif. Berikut ini adalah 10 sikap kerja yang membuat kita akan kehilangan kepercayaan dan tidak dihargai oleh atasan :
  1. Melakukan tugas-tugas yang tidak sesuai dengan harapan atasan.
    Seringkali seorang karyawan, saat mendapatkan tugas dari atasan, tidak disertai dengan menyamakan persepsi tentang apa yang sebenarnya diminta / dikehendaki atasan. Kultur orang Indonesia seringkali menganggap tabu untuk bertanya ( takut dicap "bodoh" ). Akibatnya, mengerti atau setengah mengerti tentang tugas dari atasan, si karyawan melakukan tugas dengan menggunakan persepsinya sendiri. Saat penugasan selesai, atasan kecewa ( karena tidak sesuai keinginannya ), dan bawahan juga kecewa ( karena merasa tidak dihargai jerih payahnya ). Karyawan merasa usaha kerasnya sia-sia
  2. Tidak belajar dari kesalahan yang lalu.
    Atasan paling sebal terhadap karyawan yang melakukan kesalahan yang sama dan berulang-ulang. Apalagi apabila si karyawan tidak pernah mencatat, memperhatikan dan mengubah cara kerja yang salah tersebut. Alasan klasik yang sering terlontar dari karyawan jenis ini adalah "Sorry Pak...lupa.....!"
  3. Tidak bisa kerja sama dengan sesama rekan kerja ( baik dalam team maupun antar team ).
    Kesuksesan seseorang ditempat kerja, tidak bisa lepas dari dukungan atau bantuan orang-orang sekitar kita. Ketidak mampuan karyawan didalam membangun hubungan dengan sesama rekan kerja, akan mempersulit atasan, Karena berarti tugas-tugasnya tidak berhasil dengan baik .
  4. Minta naik gaji yang tidak disertai dengan prestasi yang excellence.
    Banyak orang yang merasa ia berhak untuk dapat gaji yang lebih tinggi. Padahal, seorang karyawan akan disebut berprestasi, bila ia memiliki dan menunjukan 2 skill yang penting. Yang pertama adalah keterampilan tekhnis, yaitu keterampilan yang sesuai dengan bidang penugasannya, seperti keterampilan akuntansi, keterampilan menjual, keterampilan produksi, dsb. Yang kedua adalah ketrampilan non tekhnis, seperti disiplin, ketaatan, loyalitas, tanggung jawab, kooperatif dengan atasan, sikap mental positif, dsb. Banyak karyawan & eksekutif yang bagus dalam ketrampilan tekhnis, namun "jeblok" dalam ketrampilan non- tekhnis. Jadi sebelum minta kenaikan gaji, coba dicek ulang dua keterampilan tersebut diatas, apakah sudah melampaui rata-rata atau belum.
  5. Hitung-hitungan dalam menjalankan tugas.
    Atasan paling sebal dengan anak buah yang saat diminta bantuan melakukan tugas, namun menolak tugas tersebut dengan 1001 alasan. Atau mukanya berubah seperti "pepaya" & "manyun" saat diminta lakukan tugas yang memang bukan tugas utamanya. Karyawan yang seperti ini sudah pasti akan masuk dalam "blacklist" si atasan.
  6. Karyawan yang sering mencuri waktu kerja.
    Dinding perusahaan memiliki telinga. Sepandai-pandainya Anda bergosip, ada suatu waktu, gosipan Anda akan terdengar oleh orang yang bersangkutan. Gosipan yang paling best seller biasanya adalah gosip tentang kejelekan atau keburukan atasan. Padahal semakin sering kita perbincangkan kejelekan atau kelemahan atasan, semakin semangat kerja kita turun.
  7. Tidak mampu menjawab pertanyaan atasan.
    Hal yang paling tidak disukai kebanyakan atasan adalah saat ditanya berbagai informasi sehubungan dengan tugas, si karyawan menjawab, "Wah catatan saya tertinggal Pak" atau "Wah saya lupa..." atau lagi "Wah saya tanya dulu Pak..". Selain menghambat kecepatan kerja atasan, perilaku seperti ini mencerminkan karyawan tersebut tidak profesional dan tidak siap dalam tugasnya.
  8. Tidak mampu menyelesaikan masalah.
    Tipe karyawan yang tidak mampu menyelesaikan masalah, biasanya tipe karyawan yang sering menyalahkan berbagai kondisi sebagai penyebab ia gagal menyalahkan tugas. Kalimat yang sering terlontar adalah,"Abis sih...karyawannya kurang", atau "Deadlinenya terlalu ketat Pak" atau "Ini bukan kesalahan saya, tetapi bagian lain yang terlambat selesaikan tugasnya", dsb. Setiap perusahaan dan atasan selalu mencari seorang karyawan yang bisa selesaikan tugas tanpa menyalahkan kondisi yang ada. Karyawan yang mampu menyelesaikan berbagai permasalahan adalah karyawan yang memiliki kualitas kerja tinggi.
  9. Kurang percaya diri.
    "Pak tugas ini tidak cocok untuk saya". "Maaf Pak, saya tidak yakin bisa lakukan tugas ini". "Aduuh Pak, seperti si Budi lebih tepat deh jalankan tugas seperti ini". Komentar seperti ini menggambarkan kualitas mentalitas seorang karyawan. Kekurangan rasa percaya diri untuk selesaikan suatu tugas akan memberikan gambaran kualitas yang negatif bagi atasan .